Friday, December 16, 2011

Sungai Mahakam

Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagianhilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.

Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagianhilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.
Mahakam merupakan nama sebuah sungai terbesar di provinsi Kalimantan Timur yang bermuara di Selat Makassar. Sungai dengan panjang sekitar 920 km ini melintasi wilayah Kabupaten Kutai Barat di bagian hulu, hingga Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagianhilir. Di sungai hidup spesies mamalia ikan air tawar yang terancam punah, yakni Pesut Mahakam.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai prasarana transportasi.


Anak sungai

Aktivitas di sungai Mahakam yang masih menjadi prasarana transportasi utama di Kalimantan Timur
Sungai Mahakam memiliki beberapa anak sungai, di antaranya:
  • Sungai Belayan
  • Sungai Kedang Pahu
  • Sungai Kedang Kepala
  • Sungai Telen
  • Sungai Tenggarong
  • Sungai Karang Mumus

[sunting]Geologi

Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Sunda Plate). Pulau ini memiliki rangkaian pegunungan di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia tetapi di pulau ini hampir tidak ada aktivitas vulkanik. Sungai Mahakam berawal dari Gunung Cemaru (1,681 m) di bagian tengah Pulau Kalimantan, kemudian memotong satuan pra-tersier di sebelah timur Gunung Batuayan (1,652 m) dan kemudian berakhir di lembah tesier Kutai (Kutai basin)[1]. Bagian tengah daerah pengalirannya melewati dataran rendah dengan danau-danau berhutan rawa. Di bagian tengah ini daerah aliran Sungai Mahakam dipisahkan dengan daerah aliran sungai Barito di sebelahnya oleh perbukitan yang tingginya kurang dari 500m. Setelah daerah tersebut Sungai Mahakam memotong antiklin Samarinda dan mengalir ke Delta Mahakam yang menyerupai kipas yang membentang pada landas laut dengan basis sekitar 65 km dan radius sekitar 30 km[2].

Pada Atlas Kalimantan Timur (Voss, 1983)[3] digambarkan bahwa di sebelah hulu dari Long Iram (daerah aliran dungai Mahakam bagian hulu) sungai ini mengalir pada batuan tersier (tertiary rocks). Antara Long Iram dan Muara Kaman (daerah aliran sungai bagian tengah) sungai ini mengalir pada batuan alluvium kuarter (quaternary alluvium), sementara di antara Muara Kaman hingga ke hilir termasuk di Delta Mahakam, kembali ditemukan batuan tersier.

[sunting]Iklim

Daerah aliran Sungai Mahakam terletak di sekitar garis katulistiwa. Menurut klasifikasi iklim Koppen (Köppen climate classification), daerah ini memiliki tipe Af (hutan hujan tropis) dengan suhu terendah ≥18oC dan curah hujan pada bulan terkering pada tahun normal ≥60 mm[4] Transfer massa dan energi di daerah tropis terjadi melalui sirkulasi udara umum (general air circulation) yang dikenal sebagai sel Hadley (Hadley cell). Pola hujan pada daerah tropis ini ditentukan oleh pola angin atmosferik skala besar yang dapat diamati dengan beberapa cara di atmosfer. Sirkulasi ini membawa kelembaban ke udara, menyebabkan hujan di daerah sekitar katulistiwa, sementara pada tepi sabuk tropis lebih kering [5]. Dalam sirkulasi ini, evaporasi berlangsung secara intensif di sekitar katulistiwa pada pusat tekanan rendah yang disebut zona konvergensi antar tropic (Intertropical Convergence Zone|ITCZ), ditandai dengan akumulasi awan di daerah ini. ITCZ bergerak/berpindah seiring dengan gerak semu matahari di antara zona garis lintang 23.5oUtara dan 23.5oSelatan, sehingga posisinya selalu berubah sesuai gerak semu ini.

ITCZ menyebabkan adanya fenomena muson (monsoon) Indo-Australia yang memengaruhi iklim regional climate termasuk di daerah aliran sungai Mahakam. Pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari (musim dingin di belahan bumi utara) konsentrasi tekanan tinggi di Asia dan tekanan rendah di Australia menyebabkan angina berhembusnya angin Barat (angina muson Barat). Pada bulan-bulan Juni, Juli, Agustus konsentrasi tekanan rendah di Asia (musim panas di belahan bumi utara) dan konsentrasi tekanan tinggi di Australia menyebabkan angin Timur bertiup di Indonesia (angin muson Timur). Sirkulasi udara global dan iklim regional diatas menyebabkan daerah aliran sungai Mahakam yang terletak di sekita garis katulistiwa memiliki pola hujan dengan dua puncak curah hujan (bimodal) yang umumnya terjadi pada bulan Desember dan Mei. Hal ini karena ITCZ melewati katulistiwa dua kali dalam setahun, dari belahan bumi utara pada bulan September dan dari belahan bumi selatan pada bulan Maret.

[sunting]Ekologi

Nepenthes, ataukantong semar, jenis tumbuhan pemakan serangga yang ditemukan di daerah gambut Mahakam
Nipah di delta Mahakam
Mahakam dan sepanjang daerah aliran sungainya memiliki nilai ekologis penting. Sebanyak 147 spesies ikan asli Mahakam telah teridentifikasi.[6] Mahakam juga merupakan habitat lumba-lumba air tawar (Orcaella brevirostris; atau Pesut) yang merupakan spesies yang terancam punah yang dimasukkan pada Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora).[2] Daerah aliran Sungai Mahakam juga merupakan habitat dan tempat berkembang biak sekitar 298 spesies burung, 70 di antaranya dilindungi dan lima spesies endemik yaitu: Borneo Dusky Mannikin (Lonchura fuscans), Borneo Whistler (Pachycephala hypoxantha), Bornean Peacock-pheasant (Polyplectron schleiermacheri), Bornean Blue-flycatcher (Cyornis superbus) dan Bornean Bristlehead (Pityriasis gymnocephala).[3]

Sebuah kelompok penelitian ([4]): "Upsetting the balance in the Mahakam Delta: past, present and future impacts of sea-level rise, climate change, upstream controls and human intervention on sediment and mangrove dynamics" melakukan penelitian secara luas di Mahakam. Kelompok penelitian ini betujuan untuk mempelajari factor-faktor eksternal seperti kenaikan muka air laut, perubahan iklim, sedimen dari hulu dan pengaruh manusia terhadap pekembangan delta Mahakam di masa lalu, saat ini, dan di masa yang akan datang dalam berbagai skala waktu.

[sunting]Danau-danau Mahakam

Danau Melintang di Teluk Tuk
Terdapat sekitar 76 danau tersebar di daerah aliran Sungai Mahakam dan sekitar 30 danau terletak di daerah Mahakam bagian tengah termasung tiga danu utamanya (danau Jempang 15,000 Ha; Danau Semayang 13,000 Ha; Danau Melintang 11,000 Ha)[7]. Tinggi muka air danau danau ini berfluktuasi sesuai musim dari 0.5m – 1m selama musim kering hingga tujuh meter pada musim hujan. Danau-danau di Mahakam dan sekitarnya berperan sebagai perangkap sedimen yang terkandung dalam air yang mengalir ke danau-danau tersebut yang diketahui semakin dangkal pada saat ini, kemungkinan disebabkan oleh ketidakseimbangan masukan sedimen yang berasal dari daerah tangkapannya.[5]

[sunting]Aspek Sosial

Ponton pengangkut batu bara di Sungai Mahakam
Sungai Mahakam merupakan sumber penghidupan bagi penduduk, terutama nelayan dan petani, sebagai sumber air, dan prasarana transportasi sejak dulu hingga sekarang. Di lembah sungai inilah tempat berkembangnya kerajaan Kutai. Sejarah Kutai terbagi dalam dua periode yaitu Kutai Martadipura (sekitar tahun 350-400) dan Kutai Kartanegara (sekitar tahun 1300). Kutai Martadipura merupakan kerajaan Hindu yang didirikan oleh Mulawarman sebagai raja pertamanya di Muara Kaman, yang tercatat sebagai kerajaan tertua di Indonesia.[8] Kutai Kartanegara didirikan oleh pemukim dari Jawa di Kutai Lama di dekat muara Sungai Mahakam. Pada sekitar tahun 1565, Islam menyebar secara luas di Kutai Kartanegara terutama atas usaha ulama yang berasal dari Jawa, Tunggang Parangan dan Ri Bandang.[9]

Suku Dayak merupakan suku asli Kalimantan disamping suku Kutai dan Banjar. Sejak sekitar tahun 1970-an program transmigrasi dimulai di Kalimantan Timur terutama berlokasi dekat Sungai Mahakam. Transmigrasi bertujuan untuk memindahkan penduduk dari pulau-pulau berpeduduk padat, JavaBali, danMadura, untuk miningkatkan produksi pertanian di luar pulau tersebut. Hingga tahun 1973, sekitar 26% daerah pertanian di Kalimantan Timur digarap oleh transmigran.[10]
Sebagai tambahan, sungai Mahakam juga memiliki karakter unik. Kebanyakan permukiman berada di muara sungai. Ada tiga pembagian nama untuk muara ini.
Mulai Samarinda sampai Kukar, disebut dengan istilah "Loa". Sebut saja, Loa JananLoa BakungLoa Kulu, dan Loa Buah. Berikutnya, giliran "muara" dari pertengahan Kukar hingga Kubar. Seperti Muara KamanMuara MuntaiMuara Wis, dan Muara Pahu. Di bagian hulu Kubar, namanya menjadi "Long", seperti Long BagunLong Pahangai dan Long Apari. Baik LoaMuara, dan Long, semuanya berarti muara[11].

[sunting]Jembatan

Sungai terpanjang di Kalimantan Timur ini memiliki beberapa jembatan penghubung di antaranya:
  1. Jembatan Mahakam terletak di kota Samarinda selesai dibangun pada 1987
  2. Jembatan Kutai Kartanegara yang sebelumnya juga disebut Jembatan Mahakam 2, mulai dibangun pada 1997 dan selesai dibangun pada tahun 2001 menghubungkan kecamatan Tenggarongdengan kecamatan Tenggarong Seberang di kabupaten Kutai Kartanegara
  3. Jembatan Martadipura di desa Liang, kecamatan Kota Bangun, kabupaten Kutai Kartanegara yang dibangun mulai tahun 2001 dan selesai pada tahun 2004
  4. Jembatan Mahakam Ulu yang selesai dibangun pada tahun 2008 menghubungkan kota Samarinda di bagian hulu, merupakan jembatan kedua di kota Samarinda
Selain itu juga sedang dibangun Jembatan Mahkota II yang menghubungkan kota Samarinda di bagian hilir dan jembatan kedua di kecamatan Kota Bangun.

[sunting]Referensi

  1. ^ van Bemmelen, R.W., 1949. The Geology of Indonesia.
  2. ^ van Bemmelen,R.W., 1949. The Geology of Indonesia.
  3. ^ Voss, F.: Kalimantan Timur, Atlas. HWWA Institute, Hamburg, 1983.
  4. ^ Peel, M.C., B. L. Finlayson, and T. A. McMahon, 2007. Updated world map of the Koppen-Geiger climate classification. Hydrol. Earth Syst. Sci., 11, 1633–1644.
  5. ^ Seidel, D.J., Qiang Fu, William J. Randel & Thomas J. Reichler, 2008. Widening of the tropical belt in a changing climateNature Geoscience 1, 21 - 24, Published online: 2 December 2007, doi:10.1038/ngeo.2007.38
  6. ^ Christensen, M.S., 1992. Investigations on the Ecology and Fish Fauna of the Mahakam River in East Kalimantan (Borneo), Indonesia. Int. Revue ges. Hydrobiol., 77(4).
  7. ^ Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, 2002. Master Plan Sungai Mahakam. Dinas Pekerjaan Umum dan Pemukiman Prasarana Wilayah
  8. ^ [1]
  9. ^ Allan J. & Muller K., 1988. The Times Travel Library: East Kalimantan, Ed. By P. Zach, Times Editions.
  10. ^ Babcock, 1986 dalam Stadtmueller T., 1990. Soil erosion in East Kalimantan, Indonesia. Proceedings of the Fiji Symposium Research Needs and Applications to Reduce Erosion and Sedimentation in Tropical Steeplands, June 1990: IAHS-AISH Publ. No.192,1990.
  11. ^ Kaltim Post - Jejak Kayu Belum Punah, Conveyor Batu Bara Kuasai Tepian. Diakses 3 Juni 2010

[sunting]Pranala luar


0 comments:

Post a Comment